Kamis, 25 Februari 2016

Lebah dan bunga 2




Bunga itu tak seperti yang lainnya tak mudah lebah-lebah bisa hinggap dan mengambil sari madunya. Tapi selelah dengan paksa lebah itu mengambil madunya seketika bunga itu tak seperti semula. Iya berubah, menjadi layu tapi tetap bertahan hidup. Sungguh betapa kuatnya perempuan itu, dan aku menyanyanginya.......

Setelah kejadian dimana hari-harinya di isi dengan tamparan dan kekerasan tak butuh waktu lama selesai sudah kisahnya dengan lebah. Kemudian aku datang mengisi hari-harinya aku tak menyangka Allah kenapa mempertemukan dengannya . Ataukah hanya memberiku pelajaran atau bagaimana sungguh aku tak mengerti. Dalam hatiku benar aku menyayanginya.......

Salah faham. Mungkin aku terlalu berharap begitu pula sebaliknya. Mungkin Allah benar-benar marah bahwa janganlah engkau terlalu berharap kepada manusia itu akan menyakitkan. Karena  tempat berhararap tempat mengadu keluh kesah hanya kepada-Nya. Sama sama merasa tersakiti benar sama merasa. Aku sadar bukan orang pertama di hidupnya malah sebaliknya dia yang pertama di hidupku. Aku sadar, Ketika paku ditancapkan ke tembok kemudian di cabut tetap meninggalkan bekas, mungkin kita sama-sama membekas, membekas rasa sakit. Sangat menyakitkan menurutku, karna itu petama kejadian dalam hidupku lain hal dengannya yang lebih dulu makan asam garam . Dengan kesalahpahaman aku menyakitinya pun sebaliknny, karena aku pu tak akan menyalahkan siapa-siapa. Buat apa? Sekarang yang jauh lebih penting fokus pada solusi dan kedamaian hati masing - masing itu yang terpenting. Karena dalam kesalahpahamin ini banyak bertumpuk pembenaran perbedaan argumen dll. Sekali lagi aku tak akan menyalahkan siapa-siapa. walaupun aku menyadari orang lama stelah aku datang kembali lagi denganmu. Setelah lebah pergi kemudian seorang yang pernah ada di hidupmu pun kembali lagi, aku tau aku yang terakir tapi sebelum aku, orang itu lebih dulu memperjuangkan nya mati-matian. Aku sadar diri, walau katanya  pernah menyakiti aku tak tau persis kejadiannya. Dadaku sesak seketika itu bunga yang tak lagi ada madunya sebegitunya menjadi rebutan. Sekali lagi aku sadar diri. Pengorbanan dan perjuanganku masih seumur jagung.

Yang  kurasa, ketika bimbang di antara dua pilihan bukan aku yang bimbang, aku hanya menjadi opsi mana yang lebih baik menurutnya, dadaku kebali sesak benar sesak. Karena orang terakhir yg datang di hidupnya itulah aku, itu yang di sampaikan kepadaku, tak tau apakah  dengan caranya  begini kemudian menciptakan magnet lalu menarikku. Tak mau menyakiti hatiku dengan pura-pura tidak tahu, lebih baik aku mundur dan mengalah. Dengan begitu suasana hatiku menjadi ringan, ketika tahu pun sesak dadaku. Andaikan sedari awal memberitahuku bahwa orang  lama mempejuangkan sebegitu hebatnya, dan sekali lagi aku sadar pengorbananku tak seberapa. Akupun mundur bersaman ''salah faham''  iya mundur, aku tau perasaanya, air matanya seperti magnet seolah menarikku dan ingin memulai lagi dari awal. Tangisannya tak henti ketika kuputuskan, entahlah aku bisa merasakan dari air matanya bahwa air mata perempuan begitu hebat bisa meluluhlanntakan hati seorang lelaki. Tapi inilah keputusanku. Dari sinilah aku belajar hakikatnya sabar bahwa rasa sabar tidak menjajikan sesuatu pada akhirnya tapi rasa sabar menjanjikan ketentraman di hati.

Bunga, madumu tak lagi ada tapi kau mampu merubahku dalam sekejap. Mampu menjadi perantara-Nya. Terima kasih pelajarannya

Lewat coretan tangan ini aku sampaikan

Rabu, 24 Februari 2016

Lebah dan bunga





Malam itu adalah kali pertamanya tersenyum dan tertawa lepas katanya kepadaku.Seperti pindah dari lapangan gersang ke sebuah kebun yang penuh pepohonan dengan semilir angin sepoinya. Sungguh aku bisa merasakan segarnya senyuman dan tawa dari wajahnya dengan balutan hijab berwarna merah.  Sampai di ujung pertengahan malam saat itu tak terasa waktu cepat bergulir, tak lupa terima kasihnya di ucapkan di ujung akhir malam. Bahagia sekali tambahnya...

Sikap, tutur kata dan kepeduliannya seperti magnet menarik dengan kuat seolah aku di tariknya, pun sebaliknya katanya di waktu itu. Sering kali kisah sedihnya,dari orang tuanya aku dengarkan dengan seksama, sungguh menyentuh hatiku. Dari segi umur jelas dia lebih dulu makan asam garam kehidupan. Belajarlah dari pengalaman orang dari pada menyesal di akhir, itu yang kulakukan saat itu.

Benar-benar di luar dugaan saat di atas sajadah, aku seorang lelaki bukan pendiam, kata mereka,teman-temanku. Berbagai macam rasa menjadi satu dalam hati, air mata ini tak terasa menetes. Beruntunglah tanpa sengaja Allah menuntunku untuk mengetahuinya, tak tau jadinya seperti apa jika terlanjur mengunggapkannya.iya dalam hatiku tak bisa berbohong bahwa rasa itu sudah muncul,tapi enggan mengunggungkapkan, menunggu waktu yg tepat gumamku.

Dia perempuan pertama dalam hidupku. Ya Allah apakah ini pelajaran ya Engkau berikan celetukku dalam do'a. Yang kusesali mengapa sedari awal tak menceritakan, entah sengaja atau tidak, aku benar-benar tak mengerti. Madu dalam bunga itu terlanjur di ambil paksa, oleh kawanan  lebah. Tangisanku di atas sajadah adalah menagisi sebuah bunga, iya benar bunga. Meski lebah itu hanya menyisakan sedikit madu, tapi dalam hatiku masih terasa manis. Mungkin bunga itu tumbuh di tempat yg subur di mana siraman air sejuk tak pernah berhenti menyiraminya. Akhlak, sikap, tutur kata yang lembut di tambah ilmu agamanya yg membuat rasa itu menjadi manis, Itu yang kurasakan dalam hatiku. Dia adalah korban dari lebah yang nafsu dengan madu. Aku sangat mengerti bagaimana hancurnya hati seorang perempuan, tangisannya tak pernah berhenti ketika menceritakan kepadaku. Kehormatannya di hancurkan lelaki dengan jalan sihir dan Allah memberikan anugrah bagi keduanya. Bagaimana mungkin seseorang ibadahnya kuat bisa terkena sihir? Rosul saja seorang nabi pernah mengalami apalagi manusia biasa... begitu jawabnya ketika aku bertanya. Secara tidak langgsung aku telanh berfikir negatif,



Keadilan

Merasa tak adil tapi yakin keadilan-Nya




Dia memang seperti itu sering kali menuduhku berprasangka buruk, tak pernah berfikir positif, itu yang di ucapkan. Kutanyakan tentang kebohongannya dan tetap kekeh tidak mau mengakui. sengaja, fakta informasi dari teman dekatnya tidak kuberi tahu. hanya mencoba mengujinya sendiri atas kejujuran nya. Dan sekali lagi, dia tetep kekeh, tidak mengakui malah dia menuduhku selalu berprangsangka buruk lagi dan lagi. Jujur aku hanya menanyakan kejujurannya, betul aku sendiripun tak berani menanyakan tanpa fakta. Dengan lapang akupun akhirnya meminta maaf, iya dengan lapang, Alhamduliah aku bisa.

Dia selalu begitu selama berbohong, selama tidak kuberikan fakta dia menganggap dia selalu jujur. Malah menganggapku berprangsangka buruk dan lagi aku mengalah. Akibat keingintahuanku tentang kejujurannya. Akupun di uji tingkat emosiku sampai-sampai aku menuduh dia bukan perempuan baik-baik.Dari sini awal tuduhan itu ditujukan kepadaku, lebih awal dariku yang ingin lebih dulu mengetahui kejujurannya berdasarkan fakta. Iya dengan kesadaranku aku minta maaf, aku mengakui salah.

Apakah ketika di bohongi tetap harus berfikir positif?

Baiklah aku ikuti kata-katanya yang di tujukan kepadaku setelah kejadian ini.kata damai celetuknya ''tetaplah berprasanka baik''

Bagaimana jika dia mengatasnamakan kata-kata damai untuk menutupi kebohongannya?

Benar tetap kupermasalahkan,karena kejadiannya berulang kali.kalau sekali toh aku anggap wajar.

Adilkah kepadaku?
Setiap ada permasalahan kecil selalu menuduhku lagi iya lagi ''seseorang itu berfikir persis seperti apa yang dia lakukan'' iya menganggap ku berfikir negatif dan sikapku dianggapnya negatif. ''Hukum karma masih berlaku dan aku berharap ini karma baik bukan buruk'' itu kata-kata terakhir yg di tujukan untukku. Dan lagi dengan lapang akupun mengusap dada. ''aku tidak akan menggungkap kebonganmu beberapa kali, biar di balas oleh-Nya karena Dia lah yang maha adil'' pikirku.
Aku menyadari bahwa kejadian ini bertumpuk pembenaran.

Benar aku percaya dia jujur,Ketika ada fakta berbohong walau tak mengungkapknya,kejujurannya yang lalu di pertanyakan.

Aku benar-benar menyadari kesalahan terbesarku sampai menuduhnya bukan perempuan baik.semoga Allah mengampuniku
ku pasrahkan oleh-Nya yang maha adil.



Sekian dari kisah coretan tangan ku
Kritik dan saran dari pembaca saya butuhkan
Trimakasih